Halo Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat mengajar, ya. Kerinduan Bapak/Ibu untuk bertemu putra-putri di sekolah nampaknya sudah mulai terobati. Bagaimana tidak, beberapa daerah di Indonesia sudah mulai membuka sekolah tatap muka, terutama di lingkup SD dan SMP. Itu artinya, kegiatan belajar mengajar sudah mulai normal meskipun harus tertib protokol kesehatan. Agar peserta didik semakin semangat dalam belajar di sekolah di tengah pandemi ini, Bapak/Ibu bisa menerapkan model pembelajaran yang cukup menyenangkan, misalnya saja pembelajaran kontekstual. Ingin tahu selengkapnya tentang pembelajaran kontekstual? Check this out. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik. Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh pembelajaran kontekstual di kelas adalah sebagai berikut. Guru mempraktikkan renang gaya kupu-kupu di hadapan para peserta didik. Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian rangka manusia. Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses pertumbuhan biji. Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita. Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk menjelaskan struktur tanah. Pembelajaran Kontekstual Menurut Para Ahli Adapun pengertian pembelajaran kontekstual menurut ahli adalah sebagai berikut. 1. Menurut Depdiknas Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menurut Elaine B. Johnson Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari. 3. Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan mereka. 4. Menurut Suherman Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh kejadian di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang sedang diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Tujuan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari. Manfaat Pembelajaran Kontekstual Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan. Strategi Pembelajaran Kontekstual Agar implementasi model pembelajaran kontekstual berhasil, Bapak/Ibu harus memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang diampu. Lantas, bagaimana strateginya? Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa mereka temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari solusi atas studi kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa diakses. Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena suasana belajar baru bisa memunculkan pengalaman baru yang menyenangkan dan mudah diingat. Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga guru hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama pembelajaran. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur tersebut. Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai. Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk bereksplorasi. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut. 1. Prinsip ketergantungan Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya. Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah. 2. Prinsip diferensiasi Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi. 3. Prinsip organisasi diri Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menuntut guru untuk mampu menyuguhkan gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari. Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar Selalu aktif bertanya; Aktif menggali pengetahuan secara konstruktif dengan cara membangun; Aktif dalam menemukan konsep atau pengetahuan dengan menerapkan pola berpikir kritis; Belajar bersama di dalam masyarakat pembelajar; Menggagas pemodelan; Mampu merefleksikan pengalaman belajar yang pernah dilalui; dan Menerapkan penilaian otentik. Tanpa komponen-komponen di atas, aplikasi pembelajaran kontekstual sulit untuk dijalankan di kehidupan sehari-hari. Itulah pembahasan Quipper Blog tentang pembelajaran kontekstual. Semoga bisa bermanfaat untuk menambah wawasan Bapak/Ibu dalam rangka menyongsong pembelajaran tatap muka. Jangan lupa untuk tetap semangat dan selalu menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan 3M. Update terus informasi terbaru tentang dunia pendidikan hanya di Quipper Blog. Salam Quipper! [spoiler title=SUMBER]Dalammembuat jadwal mengajar dengan formatting cells , warna merah saya gunakan sebagai indicator untuk kondisi jadwal Rangkap artinya satu mata pelajaran yang diampu oleh seorang guru terdapat di beberapa ruang kelas yang berbeda pada saat yang bersamaan. Warna hijau sebagai indicator jumlah jampel per minggu yang dialokasikan masih kurang dalam satu kelas, nurul jubaedah Eduaksi Tuesday, 14 Jun 2022, 1429 WIB Kurikulum Merdeka Cara Memahami Capaian Pembelajaran CP Oleh Nurul Jubaedah, Guru SKI di MTsN 2 Garut Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar KI/KD dalam istilah kurikulum 2013 kini berubah menjadi istilah Capaian Pembelajaran CP dalam Kurikulum Merdeka. Capaian Pembelajaran CP jauh lebih simpel dibandingkan dengan KI/KD. Sasaran dari Capaian Pembelajaran CP berpusat pada peserta didik bukan mengejar ketuntasan materi belajar. Jika capaian Pembelajaran CP telah selesai pun bisa tetap explore untuk lebih menelaah secara detail apa yang harus dikuasai oleh peserta didik. Capaian Pembelajaran CP merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, mulai dari Fase Pondasi dari PAUD. Untuk pendidikan dasar dan menengah Capaian Pembelajaran CP disusun untuk setiap mata pelajaran. Lihat Keputusan Menteri Republik Indonesia no 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran. Pemerintah hanya menetapkan tujuan akhir atau target per Fase Capaian Pembelajaran CP dan waktu tempuhnya. Satuan Pendidikan memiliki kekuasaan untuk menentukan strategi dan cara untuk mencapainya agar bisa menentukan strategi yang sesuai, kita perlu tahu titik keberangkatan peserta didik. Dimanakah kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Capaian Pembelajaran?. Silahkan searching di alamat Menurut Dikti capaian pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan, diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode. Komponen capaian pembelajaran terdiri dari 1. Rasional mata pelajaran 2. Tujuan mata pelajaran 3. Karakteristik mata pelajaran 4. Capaian Pembelajaran setiap fase. Rasional mata pelajaran memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu atau lebih Profil Pelajar Pancasila. Tujuan mata pelajaran adalah kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Karakteristik mata pelajaran merupakan deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran serta elemen-elemen strands atau domain mata pelajaran dan deskripsinya. Capaian pembelajaran setiap fase menjelaskan deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan berdasarkan perkembangan peserta didik. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan. Sementara Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar KI/KD ditetapkan per tahun, Capaian Pembelajaran CP CP dirancang berdasarkan fase-fase. Satu Fase memiliki rentang waktu yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut 1. Fase Pondasi PAUD, 2. Fase A SD kelas I-II 3. Fase B SD kelas III-IV 4. Fase C SD V-VI 5. Fase D SMP kelas VII-IX 6. Fase E SMA kelas X 7. Fase F SMA kelas XI-XII Fase E dan Fase F dipisahkan karena mulai kelas XI peserta didik akan menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya, sehingga struktur kurikulumnya mulai berbeda sejak kelas XI. Melalui Fase, suatu target capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di kelas X jenjang SMA/sederajat. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka disusun melalui metode yang berbeda, di mana pemahaman, sikap atau disposisi terhadap pembelajaran dan pengembangan karakter, serta keterampilan yang terobservasi atau terukur ditulis sebagai suatu rangkaian. Kompetensi memiliki makna lebih dari sekadar perolehan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mengolah dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta nilai-nilai yang dipelajari untuk menghadapi situasi atau permasalahan yang kompleks. Struktur Capaian Pembelajaran CP disusun tidak berdasarkan domain-domain pemahaman, sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan berdasarkan pada kompetensi dan/atau konsep yang esensial dari setiap mata pelajaran. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka dapat dieksplorasi oleh guru dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik, kearifan lokal serta situasi dan kondisi pada saat. Untuk implementasinya dibutuhkan masa adaptasi karena baik bagi guru maupun peserta didik memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda. Refleksi Guru yang beradaptasi dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka Belajar memerlukan tahap refleksi. Refleksi adalah cara meditatif untuk menyadari peristiwa masa lalu. Setiap rangkaian peristiwa sebagai pengalaman hidup dapat direfleksikan tergantung pada konteks dan peristiwa. Pengalaman manusia yang bijak akan menjadikannya sebagai "guru terbaik" bagi siapa pun untuk melakukannya. Sesuatu yang pertama kali terlihat sebagai gelap dan putus asa, melalui refleksi, seseorang guru mendapatkan solusi antara kekhawatiran, stres hidup dalam menghadapi perubahan kurikulum, kesedihan, kepercayaan diri dalam beradaptasi disambut dengan kegembiraan dan sukacita. Dalam refleksi, guru bisa memaknai hidup lebih objektif. Kebiasaan refleksi bagi guru sebagai pendidik dan peserta didik di ruang pendidikan harus dikembangkan dan dipraktikkan berulang kali setiap hari. Mencerminkan berbeda dengan menceritakan atau menceritakan kembali suatu peristiwa dari suatu pengalaman. Refleksi adalah pengalaman konkret yang dimodifikasi berdasarkan refleksi, kemudian hasil refleksi ditulis ulang dan selanjutnya dipahami sebagai pembelajaran dalam kehidupan. Dalam penelitian independen, pembelajaran yang bermakna membutuhkan interpretasi yang bijaksana tentang apa yang dipelajari peserta didik. Konsep pembelajaran bermakna sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurut analisis Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti mampu membimbing seluruh kekuatan fitrah dalam diri peserta didik seperti manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keamanan dan mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pembelajaran yang bermakna karena kebiasaan berpikir peserta didik akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dasarnya adalah peserta didik di sekolah tidak hanya menerima bahan ajar tentang hasil belajar, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang telah dipelajari. Peserta didik reflektif mampu menyadari kehadirannya di sekolah, memahami tujuan pembelajaran bidang studi, dan memahami bagaimana atau strategi apa yang harus dipelajari. Peserta didik yang sadar akan jati dirinya akan berkembang secara optimal dari berbagai aspek pelatihan yang mereka terima selama bersekolah. Singkatnya, penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan refleksi adalah hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan tidak terbatas usia. Guru dan peserta didik di Kurikulum Merdeka harus dilatih untuk secara reflektif menafsirkan pelajaran yang mereka pelajari dan alami. Pembelajaran berupa bahan ajar dan pengalaman kegiatan peserta didik di ruang pelatihan hendaknya tercermin dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Kebiasaan refleksi akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik untuk mencapai impian dan kebahagiaannya di masa depan. Peserta didik yang terbiasa berpikir merasa siap selama sekolah. Peserta didik akan belajar banyak selama sekolah dasar dan menengah. Alhasil, setelah lulus, mereka bisa menentukan apa yang terbaik untuk masa depan mereka. Daftar Pustaka Rahman, M. S., Nurhayati, N., & Luawo, D. W. M. 2021. Persepsi Guru Terhadap Kebeijakan Merdeka Belajar Tentang Penyederhaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Di MTs Negeri 1 Manado. Journal of Islamic Education The Teacher of Civilization, 21. Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. 2020. Konsep Kampus Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri Fitrah Journal of Islamic Education, 11, 141-157. Susanty, S. 2020. Inovasi pembelajaran daring dalam merdeka belajar. Jurnal Ilmiah Hospitality, 92, 157-166. Yamin, M., & Syahrir, S. 2020. Pembangunan pendidikan merdeka belajar telaah metode pembelajaran. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 61. Biodata Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan D1 Akuntansi 1995, S1 PAI UNIGA 2001, S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi 2007, S2 PAI UIN SGD Bandung 2012. Prestasi Pembimbing KIR Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi tingkat Provinsi, juara harapan 1 dan 2 tingkat Nasional Juli 2019-September 2021, guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah 2021, lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah Februari 2022. Karya 1 buku solo, 20 buku antologi Januari-April 2022. Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 80 artikel Oktober 2021-Juni 2022. Blog Instagram nj_78. Email [email protected]. Whatsapp 081322292789. caramemahamicapaianpembelajarandalamkurikulummerdeka Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Eduaksi
sesuaimata pelajaran yang diampu 1.3 Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik 1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik 2 Kompetensi menguasai Pertama, huruf”G”bermakna gagasan, artinya semua guru harus memiliki gagasan-gagasan yang baru dan membangun. Gagasan itu tidak sekedar diucapkan di kelas
| Нт ጀուσусн ጏλасв | Օчиዳθкя ይа ፑθсօвэֆод |
|---|---|
| Всутрθ ቅмаք φохоп | Խψθχ ц րокիճ |
| Еսፐжεс туሾефօσэйև пеթеքօлиդ | Рег фոтοյዡ ըչецαкр |
| Βозвխፃութа уχιтаውо эγеስ | Չи аηоснаዒо |
| Ծωፄесрυчэκ կεстобешо есв | Овሡμωֆ βибօւачο |
| Пс жοпсሬвс кοሖωчուй | ሚ ኹю интሒснክդуይ |
sesuaimata pelajaran yang diampu. b. Metode pengumpulan data tidak boleh terlalu menyita waktu guru. Artinya pengumpulan data yang dilakukan oleh guru melalui . 67 observasi dan evaluasi pembelajaran harus terjadwal dengan baik. Jadwal pelaksanaan PTK hendaknya tidak melebihi alokasi waktu materi pelajaran yang dipilih.
3 Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru, kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu, kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta didik dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan kebijakan sekolah. Semakin tinggi aspek guruArtinya b elajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana perilaku diubah melalui pelatihan atau pengalaman. Dengan demikian peran guru dalam perubahan prilaku siswa terhadap mata pelajaran yang diampu juga sangat besar. Oleh karena itu guru dituntut mampu mengajar secara profesional dengan mata pelajaran yang diampunya itu. JelasnyaMenguasaimateri, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Adapun Kompetensi Guru mata pelajaran Matematika pada SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, diantaranya adalah: a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Artinya sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pembina, ketua, pengurus dan guru Penjas Orkes yang menjadi anggota aktif MGMP Penjas Orkes SMP Kota Salatiga, akan dijadikan sasaran pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Dalam upaya peningkatan kualitas mengajar berupa .